Rabu, 14 Maret 2012

هذا هو ما هو أنا لماذا لا يريدون أن يفهموا ما أشعر به، .. وأنا معلق من دون حبل، هبطت من دون مسند القدمين هل هذا ما تسمونه الحب؟ ...........

これは私が何であるかです。


なぜあなたは私が感じる方法を理解したくない..

私はフットレストなしで上陸しロープなしでぶら下がっています

これはあなたが愛を呼んでいます

mengapa : aku begini







 lubang hati




be smile................

"Dipanggil" Menghadap sebelum hari kiamat

Siapkah Kita Mati?

aku sering merasa aneh dengan orang-orang yang berkata “kasihan anak itu, masih anak-anak tapi udah meninggal”, atau “susah-susah cari uang, akhirnya mati juga” atau pernyataan-pernyataan sejenis yang berkaitan dengan kematian. dalam hati aku berkata kasihan kalian, usia sudah berapa tapi tidak ingat mati. mereka merasa kasihan dengan anak-anak yang sudah meninggal dunia, padahal merekalah yang harusnya dikasihani. anak-anak yang masih belum baligh belum punya dosa, jika pun mereka sudah baligh, jumlah dosanya masih belum sebanyak orang dewasa (wallahu a’lam). tapi kita lihat orang-orang yang dewasa, meski melakukan dosa sebanyak apapun, masih teramat sangat sedikit yang melakukan taubat dan memperbaiki diri. jika kita dijemput malaikat izrail apa yang akan kita bawa?
begitu pula dengan statement ke dua, “susah-susah cari uang, akhirnya mati juga”. kita hanya melihat dia mencari uang, tapi tahukah kita bagaimana ia membelanjakan uangnya? tak ada yang tahu berapa uang yang dia shadaqahkan dari hasil jerih payahnya. kemudian, siapa yang perlu kita kasihani, kita atau dia yang telah meninggal dengan membawa bekal harta shadaqah? di sisi lain, kita tidak mau dan bermalas-malasan mencari rejeki dengan alasan akhirnya akan mati juga, lalu apa gunanya kita diciptakan di bumi ini? apakah kita akan seperti si kakek penjaga surau sebagaimana kisah “rubuhnya surau kami”? lebih baik mati dalam keadaan kaya daripada mati dalam keadaan melarat. tapi, kekayaan itu bukan sekedar kaya harta tapi juga kaya hati, kaya pahala, kaya ilmu yang diajarkan.

 So......

Kapan Kita Siap Mati?..


Kelahiran dan kematian ibaratkan dua sisi dari satu koin yang sama.. Kita tidak dapat memilih salah satunya kemudian mengingkari yang lainnya. Setiap ada kelahiran pasti ada kematian. Namun, respon kita tidak sama terhadap dua hal itu. Kelahiran kita sikapi sebagai anugrah, suatu berkah yang membuat kita senang, ketawa, bahagia,dan kita rayakan, sedangkan kematian kita anggap sebagai bencana, malapetaka,dan dukacita yang sering diratapi dan  kalau dapat kita akan menghindarinya.
Kematian itu pasti datang, dia akan menjemput setiap machluk hidup, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap. Mulai dari machluk yang sangat sederhana sampai ke machluk yang paling sempurna. Kematian tidak mengenal umur, kecil,muda atau tua. Kematian tidak mengenal tempat, di gubuk yang reok, di gedung yang mewah, ditempat tidur yang empuk  bila sampai waktunya, bersembunyi di peti besi yang sangat tebalpun kematian tidak dapat dielakkan. Maut akan menjemput para penguasa ditengah puncak kekuasaanya, sebagaimana maut juga akan datang menjambangi rakyat jelata dikancah penderitaannya.
Kapan kita mati? Tidak seorangpun bisa menjawabnya, namun Nabi besar Muhammad Rasulullah pernah ditanya oleh sahabat: ” apa yang paling dekat bagi kita di dunia ini?” Jawabnya adalah “kematian” Walaupun kematian itu pasti datang ,dia sangat dekat, kita juga tidak bisa menentukan kapan waktunya kematian itu menjemput kita. Jangan disangka bahwa kalau kita yang masih muda umur kita akan lebih panjang dari kakek/nenek yang sudah renta, jangan juga mengira bahwa kita yang sudah tua pasti akan lebih pendek umurnya dari seorang bayi yang baru saja melihat dunia. Banyak dari mereka yang sudah sekarat di rumah sakit, yang menurut perkiraan tidak berapa lama lagi akan direnggut nyawanya, lebih panjang umurnya dari mereka yang kelihatan sehat dan bugar. Pernah saya melihat seorang yang sedang menjenguk keluarganya yang sedang dirawat di ICU, tiba-tiba meninggal, sementara yang sakit sembuh dan pulih kembali. Namun demikian, anehnya kematian merupakan kepastian yang sering kita lupakan. Padahal sebenarnya detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari kita dengan sengaja melangkahkan kaki menuju liang lahat kematian, namun kita seolah-olah tidak menyadarinya. Kita seperti tidak peduli. Kita bersikap bagaikan mau hidup selamanya.
Mengapa kebanyakan manusia bersikap seperti itu, seolah-olah tidak ingat mati dan seperti akan hidup selamanya? Apakah karena cinta dunia? Apakah karena tidak takut mati, atau tidak siap mati? Atau karena sangat takut mati kemudian seolah-olah melupakannya?
Ada kisah yang indah sekali tentang ketakutan akan kematian yang diceritakan dalam buku:” menyalami samudra kebijaksanaan Sufi” karangan Anand Krishna:
Seorang Raja dijemput oleh Malaikat Maut,Dewa Pencabut Nyawa. Memang ajalnya sudah tiba- ia sudah berusia 100 tahun. Namun sang Raja belum siap mati. Ia masih ingin hidup,” Tolonglah-berikan aku perpanjangan hidup.” Dewa Maut menyanggupi, tetapi ada syaratnya, “harus ada yang menggantikan kamu.Harus ada yang mati untuk kamu. Kamu memilik begitu banyak anak. Tanyakan kepada mereka, apakah ada seorang diantara mereka yang tela mati demi perpanjangan umurmu.Dan si raja memanggil putra-putranya.Konon, ia memiliki 100 prang putra. Maklum, seorang memiliki beberapa istri-para permaisuri dan para selir. Ada yang sudah berusia 60 tahun, bahkan 70 tahun. Di antara para putra raja, sudah ada yang menjadi kakek, bahkan sudah punya cicit. Tetapi, tak seorangpun yang sanggup jadi pengganti. Alasan mereka sama,”Ayahanda, kami masih lebih muda,kami masih belum siap mati.”Bayangkan, sudah berusia 60 tahun, 70 tahun, tetapi belum siap mati, masih menganggap dirinya muda. Konyol! Begitu pula sang raja, konyol juga. Sudah melewati usia 100 tahun, masih juga belum puas.
Satu per satu, setiap pangeran menolak jadi tumbal. Salah seorang pangeran yang masih berusia belasan tahun tidak ditanya, karena dianggap masih sangat muda. Yang berusia puluhan tahun saja menolak, apalagi yang masih berusia belasan tahun. Rupanya, pangeran yang satu ini justru sedang menunggu giliran. Karena tidak diperhitungkan, tidak ditanya, maka ia memberanikan diri maju ke depan,”Ayahanda Raja, saya bersedia menjadi pengganti Ayah.”Aneh,lucu-para putra raja terkejut. Sang Raja sendiri hampir tidak mempercayai telinganya,”Apa yang kau katakan nak? Kau masih sangat muda. Kau masih belum melihat dunia ini. Kau masih belum menghidupi kehidupanmu.” Sang pangeran menjawab, “setelah mendengar kakak-kakakku tadi , saya baru sadar bahwa tidak ada sesuatu yang dapat diperoleh dari hidup ini. Yang berusia 70 tahun masih juga belum merasa cukup hidup, masih saja merasa belum puas, seperti yang berusia 20 tahun, seperti Ayah sendiri yang sudah berusia 100 tahun. Kesimpulan saya adalah bahwa dunia ini, kehidupan ini, tidak dapat memuaskan kita. Betapapun panjang umur kita, berapapun usia kita, dunia ini, kehidupan ini, akan tetap mengecewakan kita. Saya baru sadar, apabila Ayah yang telah hidup 100 tahun pun belum merasa cukup hidup, maka apa pula jaminan bahwa saya akan merasa cukup hidup? Dan apabila tidak ada jaminan demikian, apa bedanya mati sekarang atau mati nanti? Mati sekarang dalam keadaan “belum cukup hidup”. Mati nanti pun dalam keadaan ‘belum cukup hidup’ Saya sungguh tidak keberatan menjadi pengganti Ayah.
Memang kalau ditanyakan kepada siapapun, “ apakah dia sekarang sudah siap untuk dicabut nyawanya, siap untuk meninggal?”,,, saya kira tidak seorangpun yang akan memnjawab “ya” atau “siap”. Aneh, kematian yang pasti datang, yang pada dasarnya kita tunggu,, yang langkah demi langkah kita setiap saat menuju liang kubur, namun kita tidak pernah siap atau mempersiapkannya……

BELAJAR MERUBAH KEBIASAAN PERILAKU YANG BURUK DIMULAI DARI POLA PIKIR


                                                                 By : Hermann
Mungkin anda satu dari sekian banyak manusia di bumi ini yang merasa hidupnya memiliki kesempurnaan???, kalau dilihat disatu sisi mungkin iya, tapi banyak sisi lainnya enggak khan???, kuncinya, yah kita harus memberikan sedikit waktu pada logika untuk merenung, bagaimana tidak? Selama ini kehidupan manusia sebagai makhluk Tuhan, memiliki kepribadian individu yang tidak pernah diberi kesempatan menjadi diri orang lain yang bisa menatap siapa dan bagaimana diri kita, paling yang bisa kita lakukan Cuma bercermin didepan kaca rias, spion kendaraan, salon dsb.
Itupun yang nampak dari diri kita hanya secara visual fisik luar saja. Coba angkat tangan, kalau dalam hitungan terkecil, jam, hari, minggu, bulan bahkan tahunan, anda tidak sama sekali melakukan keegoisan, serakah, arogan dalam aktifitas yang tidak anda sadari. Terlebih lagi kalau sikap buruk anda itu menyakiti hati atau merugikan orang lain.
Seperti yang aku rasakan hari ini juga gak tau akan sampai kapan, aku harus membenci orang yang kucintai karena sikap dan cara berpikirnya,  entah aku atau dia yang salah, tapi apapun itu, aku yakin pola pikir itu adalah kunci untuk melakukan perubahan terhadap diri saya, anda atau siapapun, pola pikir seperti apa,? Yang jelas pola pikir positif, dimana kita bisa memikirkan sesuatu sebelum yang akan kita lakukan, bagaimana kita dihadapkan sebagai orang lain disekitar, bisa merasakan komentar seperti apa jika melihat anda melakukan tindakan/ sikap terhadap diri anda sendiri, selamat mencoba yah, goodluck for u.
  

Hampir 50 Persen, Warga Teluk Buton Hidup Dengan Bius


Natuna- Sebagai daerah terisolir nan terpencil, lestari keindahan sekaligus kekayaan potensi dasar lautnya terancam punah, kerusakan ini bukan disebabkan oleh faktor perubahan alam ataupun habitat disekitar, melainkan oleh kesengajaan tangan manusia.

Seperti yang terus berlangsung di Desa Teluk Buton Kecamatan Bunguran Utara, meskipun masih satu daratan dengan ibukota Kabupaten, daerah yang berjarak tempuh puluhan kilometer ini, masih marak terjadinya praktek bius oleh masyarakat tempatan, untuk melangsungkan tunutan ekonominya.

Faktor utama lenggangnya pengawasan hukum didaerah ini, baik dari aparatur kepolisian, maupun Pos Pengawas Masyarakat (Poswasmas), yang belum terbentuk dari program Coremap (rehabilitasi terumbu karang) dinas Kelautan dan Perikanan didaerah ini.

Kalau dihitung, mencapai 50 persen penghidupan masyarakat pesisir didesa ini, mengais rezeki menggunakan portasium, hal ini dibenarkan Kepala desa Teluk Buton Bahrum yang dimintai keterannya di Kantor sekretaiat Persatuan Jurnalis Natuna (PJN) belum lama ini.

Dengan merogoh kocek ratusan ribu untuk mendanai aksi nelayan tangkap dasar ini, bisa meraup keuntungan jutaan rupiah, wajar saja kalau mereka (warga-red) tergiur dengan pekerjaan malas yang tidak memikirkan resiko ini, cukup beli minyak solar untuk bahan bakar kapal pompong dan membawa kompresor sebagai alat bantu selam, ditambah portasium yang sudah dilarutkan dalam botol. Mereka sudah bisa menjamah Kedasar laut memburu jenis ikan mahal yang bersarang didalam mulut terumbu karang yang masih asri.

Jenis ikan sasarannya adalah, mengkait, napoleon, keluarga kerapu seperti cocor bebek, tiger dan kerapu kuning. Ikan ini umumnya bersembunyi dicelah karang, akibat diburu secara berkelanjutan, jenis ikan ini mulai punah populasinya, karena lokasi yang pernah dibius akan mengalami kerusakan ekosistem terumbu karang, sehingga memerlukan waktu cukup lama untuk kembali pulih, sementara ikan ini terancam kehilangan tempat berkembang biak, kalau semua terumbu karang dibiarkan dirusak oleh pembius.

“Umumnya mereka yang punya keramba tak ada cerita lah pasti mereka main portasium,” spontan saja salah seorang wartawan yang mendampingi Bahrum membantah, dirinya tidak menggunakan portas, karena keramba miliknya baru berdiri.

Hampir semua masyarakat nelayan yang memiliki keramba apung (kandang berbahan jaring untuk menampung ikan) bekerja sebagai pembius, hasil tangkapan yang berukuran kecil umumnya dipelihara beberapa waktu, hingga berbadan besar dan memenuhi standar bobotnya, kemudian dijual kepada seorang penampung tempatan, yang merupakan jaringan pengusaha eksportir ikan di Sedanau Kecamatan Bunguran Barat.

Beberapa jenis ikan ini mengantongi nilai ekonomis yang fantastis, karena menjadi primadona bagi sejumlah rumah makan mancanegara, negara Hongkong satu dari sekian banyak pembeli ikan hidup dari Natuna, negara ini diyakini memiliki jaringan internasional yang menyuplai kebutuhan ikan segar kepada restoran mancanegara. Selain untuk kebutuhan pasar internasional, pengaruh tingginya harga ikan ini juga dipengaruhi pembelian yang menggunakan kurs mata uang Hongkong.

“ Saya sebagai kepala desa, sudah bosan memberikan peringatan kepada warga, agar meninggalkan pekerjaan terlarang itu, karena beresiko sangsi hukum, disisi lain, pekerjaan ini juga mengancam kepunahan habit laut, generasi penerus mungkin tidak akan pernah melihat jenis ikan mahal ini kelak.

Upaya Bahrum untuk melarang warganya melakukan tindakan melanggar hukum ini, justru disambut dengan sikap dingin, sehingga para pelaku menanam kebencian terhadapnya. Karena itu, Bahrum menyerahkan permasalahan ini agar Pemerintah Kabupaten dan aparat hukum dapat mencarikan solusi pencegahannya.

Bahrum juga mengaku pernah diinstruksikan Camat Bunguran Utara Sabki Muhammad untuk menangkap warganya yang kedapatan masih melakukan pembiusan. Namun Ia merasa enggan karena takut semua pelaku pembiusan mengamuk, sementara dirinya tidak terjamin perlindungan hukum. 

Saya sangat mengharapkan adanya peran serta aparat hukum dan pemerintahan ditingkat kecamatan bahkan kabupaten untuk memberikan pengarahan serta pengawasan.”.(Hermann).

Mekanisme Kucuran 300 M Dana Bansos, Pekan Ini Rampung

 Natuna – Jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan Pemkab Natuna, belum lama ini diundang duduk satu meja diruang Rapat tertutup bersama kepala daerah di Kantor bupati Natuna. Pertemuan ini tak lain adalah untuk membahas regulasi kucuran dana bantuan sosial (Bansos) dari APBD Natuna Tahun 2012.

Dalam mekanismenya, tahun ini bakal mengalami perubahan prosedur dalam melakukan permohonan bantuan sosial dari masyarakat, yang bentuknya adalah melalui rekomendasi dari dinas teknis terkait, semisal, bantuan untuk kelompok nelayan menerima kelayakan dari dinas kelautan dan perikanan, begitu juga kelompok usaha tani dan peternakan melalui dinas pertanian dan peternakan.

Metode ini dinilai lebih aman dan ideal dibanding tahun sebelumnya, dimana semua jenis atau bentuk bantuan sosial yang diajukan masyarakat dipusatkan lewat satu pos di Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Daerah (BPKAD), yang legalitas realisasi kegiatannya tidak diketahui secara pasti, hanya pernyataan diatas sebundle kertas.

Lewat mekanisme yang tengah digodok bersama ini, Bupati Natuna Drs H.Ilyas Sabli M,si berharap visi misinya mewujudkan Natuna Sejahtera Merata dan Seimbang dapat terlaksana dengan tepat sasaran, untuk itu salah satu pembahasan yang sudah rampung salah satu poinnya adalah melalui dinas atau badan terkait.

Selain itu juga, plafon anggaran yang diploting untuk tiap kecamatan dan bentuk usaha masyarakat, tak ketinggalan jumlah kepadatan penduduk disuatu daerah menjadi faktor penentu bilangan anggaran yang disiapkan.

Hal ini dibenarkan Kepala BPKAD Natuna Darmanto, Ak yang ditemui usai rapat tertutup pembahasan mekanisme Kucuran Bansos Natuna Tahun anggaran 2012, dalam keterangan singkatnya, ia menyebutkan, bupati menargetkan pembahasan tentang aturan main ini dapat segera rampung dalam satu pekan ini.
 
Aturan ini berdasar Perbup Nomor 26 Tahun 2011, Tanggal 13 Desember 2011 sebagai tindaklanjut dari Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang bantuan hibah dan sosial dilingkungan Pemda, yang merupakan hasil kesepakatan antara Departemen Dalam Negeri (Depdagri) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas.

Menurut Darmanto, mekanisme yang sebelumnya diberlakukan tidak efektif, selama ini BPKAD dianggap sebagai SKPD yang paling tahu, dari berbagai jenis atau bidang permohonan bantuan yang campur aduk, padahal BPKAD tidak punya alat ukur untuk melihat legalitasnya.

Dengan melibatkan rekomendasi dari tim verifikasi yang dibentuk di setiap SKPD teknis, diharapkan dapat menghindari terjadinya penggandaan proposal bantuan didalam satu kepala keluarga, adapun jenis usaha yang berbeda harus diprioritas sesuai kondisi dan kebutuhannya. Karena itu, nantinya juga akan dianggarkan untuk melakukan monitoring dan evaluasi disetiap SKPD, BPKAD akan mengontrol berdasar KK yang tercantum dalam usulan didalam proposal,

“ BPKAD hanya diperankan sebagai juru bayar saja, sehingga tidak difokuskan lagi mengurusi sistem administrasi proposal yang masuk, apalagi jaminan tidak adanya tumpang tindih kegiatan bantuan.” Jelas pejabat yang alergi di foto wartawan.

Perangkat Kecamatan hingga desa dituntut agar lebih selektif terhadap kebenaran legalitas penduduknya. Ia juga menyebutkan, dari APBD Natuna 2012, plot anggaran dana hibah dan sosial mencakup seluruh total belanja tidak langsgung, termasuk diantaranya, subsidi listrik transportasi udara,laut dan darat beasiswa mahasiswa yang menelan anggaran sebesar Rp302 miliar dari Rp1,52 triliun,

Rapat kordinasi ini akan disusul oleh surat edaran Peraturan Bupati yang dilayangkan kepada SKPD, yang menyinggung aturan petunjuk teknis berdasar, bidang dan besaran jumlah anggaran  untuk tiap kecamatan.

Sementara untuk, tata cara penganggaran pelaksanaan pelaporan pertanggungjawaban bantuan hibah dan sosial ini, dalam peraturan bupati, proposal ditujukan kepada bupati melalui SKPD, disetiap satuan yang dibentuk tim verifikasi akan menentukan kelayakan, kalau tidak layak akan dikembalikan kepada pengaju propoosal, tim ini juga berhak menentukan usulan atas kelayakan besaran bantuan.

Namun demikian, persetujuan sepenuhnya ada ditangan bupati, BPKAD yang slama ini dibebankan hal yang sebenarnya bukan wilayah kerjanya, akan difungsikan hanya sebagai juru bayar saja. Mengenai pos khusus untuk setiap SKPD juga tengah dipersiapkan bupati, menyusul akan dikucurkannya dana tersebut kepada masyarakat yang berhak.

Untuk memperbaiki sistem dari tahun sebelumnya, agar efektif dan tepat sasaran, Ini sudah bagian dari job dinas teknis terkait, selama ini line lost, fungsi kontrolnya tidak berjalan,

“Minimal 75 persen tepat guna dan ada barangnya, jangan dapat uang setelah mengajukan proposal bawa pulang langsung hilang, jadi kalau dinas terlibat diharapkan dinas bisa mengetahui siapa yang mengajukan sehingga nanti bisa menanyakan realisasi bantuan yang diterima masyarakat karena ini bukan bagi-bagi kue.”

Plafon murni untuk membayar proposal bansos hibah ke masyrakat adalah sebanyak Rp 40 miliar, anggaran ini juga mencakup untuk mendanai operasional tim verifikasi yang dibentuk di dinas teknis sebesar Rp 100 juta per SKPD. Dari pada full anggaran tapi lost kontrol, untuk itu tim ini dibentuk sebagai filter.

Saat ditanyai dasar usulan keberadaan dan latar belakang plot dana aspirasi yang dikelola dewan sebesar Rp 1 miliar per anggota, Ilyas lebih memilih No Coomment, anggaran ini santer menjadi pertanyaan sekelompok msayarakat level bawah, apalagi istilah “belah semangka” bukan bagian rahaisa umum.

Kalau masalah itu saya No Comment saja, lebih baik konfirmasi langsung dengan pihak terkait.” .(Hermann).